review artikel sejarah



REVIEW ARTIKEL
1.      Identitas Artikel
Nama Penulis                         : Singgih Tri Sulistiyono
Judul Artikel                           : “Historiografi Pembebasan”: Suatu Alternatif
Jumlah Halaman                      : 16 halaman
Alamat Website Artikel          :
2.      Pendahuluan
            Sebuah pidato yang disampaikan oleh Prof. Dr Djoko Suryo pada Rapat Senat Terbuka Universitas Gadjah Mada, pidato tersebut menyatakan sebagai senior beliau sangat responsif terhadap situasi krisis dan peristiwa besar yang sedang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya. Selain itu, sebagai sejarawan beliau yakin bahwa pemahaman dan kesadaran sejarah akan membantu segenap elemen masyarakat dalam memperkuat mental dan mengembangkan strategi untuk menyelesaikan krisis yang sedang berlangsung. Maka dari pidato tersebut sangat jelas bahwa pemahaman dan kesadaran sejarah sangat penting untuk memecahkan persoalan kekinian dan masa yang akan datang. Sehingga karya sejarawan sangat penting untuk memahami masa kini.
            Apabila sejarawan tak mampu menjelaskan persoalan kekinian melalui karya-karya historiografinya, maka sejarah akan dipandang menjadi sebuah ilmu yang tidak ada manfaatnya untuk masa kini dan masa depan. Sejarah hanya akan dipandang sebagai ilmu yang berbicara mengenai masa lampau tanpa ada kaitannya dengan masa kini dan masa depan. Menurut Bambang Purwanto bahwa banyak kritik yang dilontarkan pada tulisan sejarawan akademis karena tidak memiliki akar persoalan dari masyarakat, sehingga karya mereka dianggap tidak mampu untuk mencerahkan masyarakt dan tidak memiliki pemecah persoalan aktual bagi masyarakat untuk masa yang akan datang. Padahal sejarah diyakini bukan untuk kepentingan orang masa lampau melainkan untuk kepentingan orang masa kini.
            Dalam tulisan ini akan menawarkan suatu konsep historiografi alternatif yaitu historiografi pembebasan sebagai salah satu corak historiografi yang sekiranya dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan kesadaran historis,aktual dan futural bagi segenap masyarakat Indonesia. Historiografi pembebasan ini diharapkan dapat berperan sebagai sebuah historiografi yang mampu membebaskan cara berpikir masyarakat mengenai masa lampau dari belenggu ketidaktahuan, kepalsuan, mitos-mitos, manipulasi dan kesalahtafsiran aktual mengenai masa lampau.
            Dalam khasanah ilmu sejarah, historiografi digunakan untuk menyebut langkah terakhir dalam metode penelitian sejarah. Historiografi juga sering disebut sebagai tulisan sejarah atau cerita sejarah yang berupa tulisan. Sementara, kata pembebasan berasal dari bahasa Inggris liberation yang dipahami “menjadi bebas”. Kata pembebasan ini disejajarkan dengan kata pembebasan yang digunakan pada gerakan Teologi Pembebasan.
            Dalam konteks ke Indonesiaan, perpaduan antara kesadaran sejarah dan kesadaran aktual serta futural itu pada gilirannya akan mendorong semangat masyarakat untuk melakukan suatu langkah perbaikan demi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang pada Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
3.      Latar Belakang
            Munculnya penulisan sejarah bercorak keindonesiaan atau indonesiasentris muncul sebagai respon terhadap dominasi warisan penulisan sejarah Indonesia yang bersifat Neerlandosentris yang ditulis oleh sejarawan Belanda. Historiografi yang mereka hasilkan pada abad XVI hingga XX menempatkan orang Belanda sebagai dramatisch persoon sedangkan orang pribumi sebagai peran pembantu atau bahkan sebagai peran antagonistik. Perlawanan kaum pribumi dianggap sebagai bentuk pemberontak, sedangkan orang Belanda yang berhasil menumpas perlawanan pribumi dipuja sebagai pahlawan.
            Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 mendorong para sejarawan Indonesia melakukan dekolonisasi terhadap historiografi kolonial yang bercorak Neerlandosentris. Sejarawan Indonesia ingin menempatkan orang pribumi sebagai pemeran utama, sedangkan orang Belanda sebagai peran pembantu. Apa yang dianggap pemberontak diposisikan sebagai pahlawan. Sehingga lahirlah sejarah nasionalistis yaitu tipe tulisan sejarah yang menonjolkan semangat nasionalisme.
            Sebagai negara baru, Indonesia membutuhkan legitimasi dan semangat nasionalisme yang bersumber dari perkembangan sejarah dan budaya dalam rangka untuk menghadapi kolonialisme yang belum sepenuhnya mundur dari Indonesia. Ketika ancaman kolonial Belanda semakin lemah sejalan dengan perkembangan intelektual para sejarawan Indonesia, perspektif Indonesiasentris disempurnakan dengan metodologi sejarah kritis sehingga Indonesiasentrisme tidak mengorbankan kebenaran fakta sejarah. Misalnya Sartono Kartodirdjo telah mempelopori pendekatan ilmu sosial dalam historiografi Indonesiasentris. Bambang Purwanto mengajakan bahwa generasi setelah Sartono mengalami kemandegan dalam pengembangan kepioniran yang telah dirintis Sartono.
            Kini zaman telah berubah, nasionalisme tidak semata-mata dimaknai secara romantis sebagai antitesis dari kolonialisme. Mungkin perubahan semangat kebangsaan ini yang sulit untuk ditangkap para sejarawan, mereka gagal dalam menjelaskan perubahan perspektif nasionalisme dalam masyarakat Indonesia. Dalam pendekatan Indonesiasentris memang cocok untuk mengkaji sejarah Indonesia prakemerdekaan. Karena pada masa pascakemerdekaan tidak perlu menggunakan pendekatan Indonesiasentris.
            Kebanyakan para kandidat doktor sejarah memperlakukan karya-karya penulis sebelumnya yang dipaparkan daalam tinjauan pustaka hampir selalu ditempatkan sebagai bahan acuan atau sekedar sebagai sebuah informasi, bukan sebagai teks yang harus dikritik dan diragukan kebenarannya. Akibatnya, wacana dekonstruktif kurang muncul dalam naskah disertasi.
            Historiografi pembebasan harus berani menempatkan kondisi aktual dan kontektual sebagai point of depature. Hanya dengan cara itu, karya historiografi memiliki hubungan yang erat dengan persoalan kekinian. Untuk mengembangkan historiografi pembebasan tentu saja tidak cukup hanya menggunakan paradigma positivis, tetapi juga perlu menerapkan paradigma lain yang juga digunakan dalam penelitian-penelitian ilmu sosial. Dalam hal ini paradigma teori kritis sanagt bermanfaat untuk itu.historiografi pembebasan memiliki misi untuk membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap persoalan-persoalan aktual yang mereka hadapi sehingga memberikan inspirasi untuk melakukan suatu perbaikan demi mencapai masa depan yang gemilang.
            Sebagai respon terhadap ketidabermanfaatan historiografi yang selama ini berkembang, historiografi pembebasan lebih berorientasi untuk menyoroti persoalan-persoalan ketidakadilan dan ekploitasi yang bersifat aktual dalam masyarakat yang seringkali justru dilanggengkan oleh para penulis sejarah.
            Sejarah pada umunya didominasi oleh kaum elite, akhir-akhir ini banayk sejarawan yang ingin menonjolkan peran orang kebanaykan dalam historiografi. Corak penulisan yang seperti ini berkaitan dengan soal fokus dan perspektif. Historiografi pemebebasan tidak hanay teristimewa pada sejarah orang kebanyakan atau sejarah elite saja.
            Historiografi pembebasan perlu membangkitkan kesadaran kepada pembaca tentang persoalan yang sedang dihadapi dan masa depan yang akan diraih bersama sebagai komunitas bangsa. Dengan demikian, historiografi pembebasan perlu memiliki point of departure dari persoalan kekinian karena sesungguhnya historiografi pembebasan adalah contemporarty thought about the past. Jika hal itu dilakukan oleh para sejarawan Indonesia, maka historiografi pembebasan akan dapat membebaskan pikiran masyarakat yang ketidaktahuannya pada masa lampau kemudian ia dapat menentukan cara padang masyarakat terhadap persoalan masa kini dan harapan masa depan.
            Pentingnya kedudukan Sejarah Nasioanl dengan perspektif Indonesiasentris dalam konteks keindonesiaan perlu dipahami dalam kaitannya dengan situasi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia ketika konsep Sejarah Nasional Indonesia itu lahir pada tahun 1950-an. Oleh karena itu, perspektif Indonesiasentris sangat diperlukan dalam menulis Sejarah Nasioanl agar peran elemen-elemen sosio-kultural yang kemudian menjadi nation Indonesia dapat diungkapkan. Kedudukan Sejarah Nasioanl sebagai refleksi pengalaman bersama (common experience) sangat penting karena dari sejarah ini lah akar budaya, politik, dan struktur ekonomi dari suatu bangsa dapat ditemukan.
            Jika dalam penyusunan sebuah sejarah nasional tidak semuai fakta memiliki nilai, namun hanya fakta-fakta yang merajut benang merah keindonesiaan saja yang berguna, maka Sejarah Indonesia memberikan ruang yang luas kepada fakta-fakta sejarah yang terjadi di ruang yang kemudian menjadi wilayah Indonesia. Semangat historiografi pembebasan dapat diterapkan baik dalam sejarah Indonesia maupun Sejarah Nasioanl.
4.      Kelebihan atau Keunggulan artikel
a)      Kelebihan artikel ilmiah ini yaitu mengangkat sebuah permasalahan yang dapat membangunkan para sejarawan masa kini dengan adanya historiografi pembebasan. Historiografi pembebasan akan menjadi alternatif historiografi yang akan mampu membebaskan pikiran masyarakat dari belenggu mitos kelampauan sehingga memiliki kesadaran terhadap penyelesaian persoalan kekinian dan cita-cita dimasa depan. Selain itu kajian historiografi pembebasan tidak hanya dikhususkan bagi sejarah orang kebanyakan, tetapi juga kepada kelompok sosial apa saja.
b)      Dalam hal ini kelebihan dari artikel yaitu isi dari pembahasan historiografi mengenai sejarah sosial, sejarah Nasional dan sejarah Indonesia sudah mencantumkan berbagai macam latar belakang peristiwa yang mendasari pembebasan historiografi dalam berbagai macam sejarah tersebut. Sehingga dapat mempermudah pemahaman pembaca.
5.      Kelemahan atau kekurangan artikel
a)         Kelemahan artikel ilmiah yang ditemukan pembaca adalah dalam isi mengenai pengertian historiografi pembebasan, pengertian historiografi dan pembebasan diuraikan masing-masing. Namun, pengertian ‘historiografi pembebasan’ sendiri belum dicantumkan.
Saran dari pembaca, seharusnya penulis memberikan pengertian historiografi pembebasan secara sendiri. Setelah menjelaskan pengertian dari masing-masing kata (historiografi dan pembebasan)
6.      Kesimpulan
            Kesimpulan yang didapat dari pembaca dari hasil pengamatan dan pemahaman artikel ilmiah ini bisa dilihat pada poin kesimpulan yang dipaparkan oleh penulis. Dari uraian diatas dapat diambil beberapa garis penting :
a)         Terdapat banyak sinyalmen yang mengatakan historiografi Indonesia telah tidak mampu menunaikan fungsinya dalam ikut memecahkan persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia.
b)        Ketidakmampuan historiografi Indonesia untuk ikut ambil bagian dalam memecahkan persoalan bangsa.
c)        Historiografi pembebasan dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif historiografi yang akan mampu membebaskan pikiran masyarakat dari belenggu mitos kelampauan sehingga memiliki kesadaran terhadap penyelesaian persoalan kekinian dan cita-cita dimasa depan.
     Penekanan kajian dalam historiografi pembebasan tidak hanay dikhususkan bagi sejarah orang kebanyakan tetapi juga kepada kelompok sosial apa saja sebab eksploitasi dan ketidakadilan serta berbagai persoalan serupa terjadi di segala lini masyarakat. Historiografi pembebasan akan dapat membantu masyarakat untuk menemukan jalan keluar yang mendasar guna memecahkan persoalan masyarakat dan bangsa menuju kejayaannya di masa depan.

Komentar